Pada abad ke-19, manusia telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan untuk menghidupkan kembali mayat. Karena tidak dapat mengalami pikiran atau emosi individu, mayat diprogram oleh manusia untuk bertindak sebagai pekerja dalam berbagai pekerjaan.
Namun, teknologi yang baru ditemukan ini memiliki kekurangan. Ilmu pengetahuan mungkin dapat mengembalikan kemampuan mayat untuk bergerak, namun tidak dapat mengembalikan apa yang hilang dari setiap mayat saat meninggal: jiwa. Namun, Dokter Victor Frankenstein, yang menghilang tak lama setelah karya revolusionernya tentang penghidupan kembali mayat, dikatakan telah menghidupkan kembali satu-satunya mayat yang memiliki jiwa.
Dalam mengejar pengetahuan ilmiah ini, mahasiswa kedokteran London, John Watson, berharap dapat memenuhi janjinya kepada almarhum rekannya, Friday. Setelah dibina oleh sebuah lembaga pemerintah, Watson melakukan perburuan untuk mendapatkan catatan Frankenstein, yang ia yakini memegang kunci rahasia jiwa. Selama pencariannya, Watson menyingkap kenyataan pahit dari teknologi mayat yang sedang berkembang dan harga yang harus dibayar untuk memajukan penelitiannya.